Sabtu, 18 April 2020

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Wawan Setiawan Tirta
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam bergaul, berbicara, bersalaman, bahkan bertentangan sekalipun kita memerlukan orang lain. Dalam bergaul dengan orang lain selalu ada timbal balik atau melibatkan dua belah pihak. Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Interaksi yang dilakukan secara berulang akan menghasilkan proses sosial. Proses sosial adalah perilaku berulang yang dipergunakan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain (interaksi sosial). Horton (1983: 74) menyebutkan ada 5 (lima) kemungkinan bentuk proses sosial, yaitu kerja sama, persaingan/kompetisi, konflik/ pertentangan, akomodasi, asimilasi. dari setiap bentuk-bentuk sosial memiliki fungsi-fungsi masing-masing dan tujuan dari bentuk-bentuk interaksi sosial serta contohnya agar lebih memudahkan kita dapat mengerti seluruh bentuk-bentuk interaksi sosial.
nteraksi sosial merupakan ciri khas kehidupan bermasyarakat/sosial. Artinya kehidupan bermasyarakat/sosial akan kelihatan nyata dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Contoh: keramaian di pasar, buruh pabrik berdemontrasi, dan pelajar belajar di kelas.
Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya berupa tindakan yang berupa kerja sama tetapi juga dapat berupa persaingan dan pertikaian.
Untuk mengetahui penjelasan dari berbagai bentuk-bentuk interaksi sosial mari kital lihat pembahasannya sebagai berikut

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
1. Kerja Sama (Cooperation). Kerja sama adalah usaha bersama antar-manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dengan perkataan lain, kerja sama adalah suatu bentuk interak sisosial individu individu atau kelompok-kelompok berusaha saling menolong untuk mencapai tujuan bersama atau mengoordinasikan kegiatan mereka guna mencapai tujuan bersama. Kerja sama merupakan proses sosialyang paling banyak terjadi di masyarakat. Masyarakat yang sangat kompetitif pun tidak akan dapat berjalan, jika tidak ada kerja sama di dalamnya. Kerja sama dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa disadari oleh pihak-pihak yang bekerja sama. Contoh, pengendara motor di jalan raya sering tidak menyadari bahwa dirinya tengah bekerja sama dengan pengendara sepeda motor lainnya dengan cara saling menjaga jarak yang aman serta saling tetap di jalur masing-masing. Di lain pihak, ada juga kerja sama yang dilakukan secara sengaja dan diketahui oleh para pihak yang bekerja sama. Misalnya, kerja sama yang dilakukan penduduk desa dalam membangun rumah ibadah. Setiap bentuk interaksi sosial dapat berpengaruh kepada pribadi dan masyarakat yang bersangkutan. Kerja sama cenderung memunculkan pribadi yang sensitif pada orang lain, memperhatikan orang lain, merasa aman, tenang, dan kalem serta tidak agresif. Masyarakat yang menjunjung tinggi kerja sama dan menghindari kompetisi dan konflik cenderung tenang dan teratur, dengan sedikit tekanan emosi atau rasa tidak aman, serta relatif rendah tingkat perubahan sosialnya.

  • bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. 4 macam kerjasama : 1) Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) -> kerjasama yang timbul secara spontan. 2) Kerja sama langsung (directed cooperation). 3) kerjasama karena adanya perintah atasan/penguasa. 4) Kerja sama kontrak (contractual cooperation)
  • kerjasama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama tradisional (traditional cooperation)
  • kerjasama karena sistem tradisi yang kondusif.
2. Persaingan/Kompetisi (Competition)
Persaingan adalah usaha untuk melakukan sesuatu secara lebih baik dibandingkan orang atau kelompok lain dalam mencapai tujuan.
proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan antarkelompok untuk meredakan pertentangan.
Tujuan akomodasi :

  • mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antarsuku atau antarnegara.
  • mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
  • mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.
  • mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.
a. Terjadinya persaingan
Persaingan terjadi apabila pemenuhan kebutuhan dan keinginan orang/kelompok tidak cocok dengan kebutuhan atau keinginan orang/kelompok lain. Persaingan hanya akan muncul apabila:

  • Sesuatu dibutuhkan dan diinginkan oleh dua atau lebih pihak.
  • Tersedia dalam jumlah yang terbatas sehingga tak semua kebutuhan dan keinginan dapat dipenuhi. 
Kedua syarat itu harus ada agar terjadi persaingan. Kita semua membutuhkan udara. Namun karena udara tersedia tanpa batas, maka kita tidak pernah bersaing memperebutkannya. Demikian juga tidak semua orang mempunyai tanda tangan yang diperjual belikan di toko-toko, tetapi kelangkaan itu tidak menimbulkan persaingan karena tidak ada yang menginginkan tanda tangan kalau pemiliknya bukan artis atau tokoh yang diidolakan. Hal ini berbeda dengan jabatan yang tersedia di pemerintahan. Jumlah jabatan pada pemerintahan terbatas, sehingga menimbulkan persaingan di antara para PNS yang menginginkannya.

b. Mengurangi atau menghilangkan persaingan
Persaingan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan memenuhi kelangkaan atau diferensiasi. Diferensiasi adalah proses menciptakan hal-hal yang berlainan sehingga mendorong orang atau kelompok untuk menginginkan hal yang berbeda daripada hal yang sama. Dokter dan pengacara tidak akan bersaing memperebutkan pekeraan yang sama. Dua rumah makan tidak perlu bersaing atas pelanggan yang sama jika masing-masing memiliki menu utama yang berbeda. Pihak-pihak yang bersaing tidak perlu rnempunyai kontak satu sama lain dan tidak perlu tahu bahwa mereka sedang bersaing. Contoh, persaingan antar-sesama orang yang memasukkan lamaran pekerjaan di satu kantor. Para pelamar tidak saling kenal satu sama lain dan juga tidak pernah kontak satu sama lain.
Di lain pihak, juga ada persaingan yang melibatkan kontak di antara para kompetitor, kesadaran bersaing dinyatakan secara terbuka dan secara sengaja. Contoh, persaingan antarpeserta turnamen bola basket SMU seKabupaten/Provinsi dan lain sejenisnya.

c. Akibat suatu persaingan
Pribadi yang dihasilkan dan persaingan adalah pribadi yang “tegaan”, rakus, tidak sensitif pada orang lain, cemas, dan ketakutan. Bagi yang biasa memenangkan persaingan, akan menjadi pribadi yang mandiri, berinisiatif, percaya diri, dan mempunyai ambisi. Bagi yang terbiasa gagal bersaing, cenderung menjadi pribadi yang selalu merasa tak berdaya, frustasi, apatis, dan menarik diri. Secara sosial, persaingan berfungsi sebagai sarana mengalokasikan hal-hal yang langka. Persaingan dalam kelompok akan mengancam solidaritas dan kesatuan kelompok. Namun, persaingan antarkelompok justru meningkatkan kesatuan dan kesetiaan dalam masing-masing kelompok yang bersaing. Persaingan juga dapat mendorong inovasi dan perubahan sosial.

3.Konflik/Pertentangan (Conflict)
Konflik adalah proses di mana orang atau kelompok berusaha memperoleh sesuatu (imbalan tertentu) dengan cara melemahkan atau menghilangkan pesaing atau kompetitor lain, bukan hanya mencoba tampil lebih baik seperti dalam kompetisi. Konflik dapat bersifat terbuka dan menggunakan kekerasan seperti perkelahian, pengeboman, dan pembakaran, dan dapat juga terjadi secara tersembunyi dengan menggunakan jasa “dukun santet”, tipu daya, atau pihak ketiga.
a. Terjadinya konflik
Kompetisi tidak terjadi ketika sebuah toko meningkatkan pelayanannya dibanding toko-toko sekitarnya, namun konflik terjadi jika pemilik toko membakar toko lain, menyuap petugas agar menyegel toko lain, atau menyebarkan fitnab tentang toko lain. Perang harga, di mana salah satu pedagang menjual barang di bawah biaya produksi sampai pedagang lain yang modalnya terbatas
bangkrut, juga termasuk dalam kategori konflik. Konflik antarpribadi bersifat personal, sedang konflik antarkelompok bersifat impersonal. Artinya, dalam konflik antarkelompok, sasaran konflik bukan masing-masing individu anggota kelompok melainkan kelompok sebagai keseluruhan.
b. Akibat konflik
Interaksi sosial yang diwarnai konflik terus-menerus bisa berakibat positif dan negatif. Akibat negatif akan melahirkan kepribadian yang membenci musuh, kejam, “tegaan”, dan sulit memahami. Sementara akibat positif misalnya bersedia berkorban demi kelompok dan meningkatkan kesatuan atau solidaritas kelompok.
c. Fungsi konflik
Secara sosial, konflik dapat berfungsi:
• merumuskan dan menyelesaikan persoalan;
• meningkatkan kesatuan, solidaritas, dan kehendak untuk berkorban bagi kelompok (bagi masing masing kelompok yang berkonflik);
• mempercepat perubahan sosial.

4. Akomodasi (Accommodation)
Akomodasi adalah proses mencapai persetujuan sementara di antara pihak-pihak yang sedang atau mempunyai potensi untuk berkonflik. Bentuk-bentuk dan akomodasi adalah:
a. Pengalihan sasaran (Displacement)
Displacement adalah penyelesaian konflik dengan cara menggantikannya dengan konflik lain. Negara yang mengalami banyak pertikaian dalam negeri, dapat melakukan perang dengan negara lain, agar rakyatnya memindahkan sasaran konflik mereka ke luar negeri. Seorang suami yang terlibat konflik dengan istrinya di rumah, dapat mengalihkan konfliknya dengan memarahi (menciptakan konflik dengan) pegawainya di kantor. Sebaliknya pegawai di kantor yang dirnarahi (konflik dengan) atasannya, dapat memindahkan konflik ke istrinya di rumah. Displacement tidak memecahkan konflik lama, hanya memindahkan kemarahan seseorang ke dalam konflik baru sehingga konflik lama tak muncul lagi.
b. Subordinasi
Subordinasi adalah bentuk akomodasi di mana pihak yang lemah menerima kehendak pihak yang kuat. Misalnya, tentara yang kalah perang menyerahkan diri sebagai tawanan pihak yang menang. Atau keputusan para buruh untuk menghentikan pemogokan dan kembali bekerja walaupun pihak perusahaan tidak bersedia memenuhi tuntutan mereka.
c. Kompromi
Kompromi adalah proses penyelesaian masalah di mana kedua belah pihak saling memberikan konsesi (persetujuan tertentu atau saling memberi dan saling menerima) sehingga masing-masing pihak berada dalam kedudukan yang seimbang. Kompromi terjadi apabila kedua belah pihak sama kuatnya, sehingga tidak ada satu pihak pun yang dapat memaksakan subordinasi. Kompromi diupayakan melalui mediasi, konsiliasi, dan arbitrase (perantara). Mediasi dan konsiliasi bermakna sama, yaitu upaya pihak ketiga untuk menolong para pihak (yang berkonflik) mencapai suatu persetujuan. Sedang dalam arbitrase, pihak penengah membuat keputusan yang disetujui oleh para pihak yang berkonflik.
d. Toleransi
Toleransi adalah bentuk akomodasi di mana para pihak setuju untuk berinteraksi secara damai tanpa penyelesaian persoalan atau perbedaan di antara mereka.
e. Prosedur penyelesaian konflik yang melembaga. Penyelesaian konflik juga dapat dilakukan melalui prosedur baku yang telah dilembagakan. Dalam masyarakat tradisional, terdapat cara-cara penylesaian konflik seperti “perkelahian satu lawan satu”, uji fisik (berjalan di atas bara api tanpa alas kaki), dan lain-lain. Cara-cara tersebut juga bisa dipakai untuk menentukan benar salahnya seseorang, dan lain sebagainya. Dalam masyarakat modern, sistem peradilan berfungsi sebagai wahana penyelesaian konflik secara melmbaga.

5. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi adalah proses peleburan beberapa kebudayaan menjadi satu, sehingga akar konflik yang bersumber pada perbedaan kebudayaan terhapus. Misalnya, keluarga pendatang yang setelah beberapa generasi menyerap budaya penduduk ash, dan sekaligus memberi sedikit unsur budayanya kepada penduduk asli. Jika tidak adam perbedaan ras atau agama yang mencolok, biasanya para pendatang akan terasimilasi secara budaya dan diterima secara sosial.


Demikian artikel tentang Bentuk-bentuk Interaksi Sosial semoga bermanfaat bagi kita semua. sekian dan terima kasih.
(Sumber : sosiologi, Hal : 72-77, penerbit : phibeta. 2006.jakarta. Penulis : Saptono)